Analisis Militer Blog – Sobat Literacy Militer pasti sudah tahu bahwa di dunia ini bahwa ada dua kiblat militer terkuat yaitu Blok Militer Barat yang dikomandoi oleh Amerika Serikat dan Blok Militer Timur dipimpin oleh Rusia.
Lalu bagaimana Indonesia ? untuk itu Kali ini kita akan melakukan Analisa Alutsista TNI / Militer Indonesia, Kemanakah arah kebijakannya ?

Lalu sesuai analisis alutsista kalian, kemana kira kira kiblat alutsista yang akan digunakan oleh Indonesia ? Yuk kita analisa bersama – sama selengkapnya.
Apa itu Analisis Militer?
Analisis militer adalah sebuah analisa terhadap pertahanan dan keamanan dari segi Alutsista TNI. Perkembangan dari segi geopolitik dan geostratgeis membuat Indonesia harus menyusun dan menyempurnakan strategi serta konsep pertahanan NKRI.
Analisis Militer perlu dilakukan untuk meenjaga nama baik bangsa serta kedaulatan negara. Pengawal negara memang harus dibuat menjadi sosok yang gagah perkasa untuk melanjutkan para pejuang yang telah mendahului kita melawan penjajah.
Alursista TNI memang harus dijaga, dirawat dan selalu dikembangkan demi kebaikan dan keamanan bangsa dan negara sehingga Perkembangan militer Indonesia telah menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Pemerintah Indonesia telah memperhatikan modernisasi dan pengembangan angkatan bersenjata untuk menghadapi tantangan keamanan yang semakin kompleks.
Dalam hal pertahanan darat, TNI Angkatan Darat Indonesia terus melakukan upaya modernisasi dengan mengganti peralatan lama dengan yang lebih modern dan canggih. Program pengadaan tank, artileri, kendaraan tempur infanteri, dan sistem pertahanan udara telah dilakukan untuk meningkatkan kemampuan tempur dan mobilitas pasukan darat.
Pada sektor pertahanan udara, TNI Angkatan Udara Indonesia juga mengalami perkembangan yang positif. Pengadaan pesawat tempur generasi baru seperti Sukhoi Su-35 dan F-16V Viper telah meningkatkan kemampuan pertahanan udara Indonesia. Selain itu, TNI AU juga terus mengembangkan kemampuan pengawasan udara dan sistem pertahanan udara dengan memperbarui radar dan sistem pertahanan udara nasional.
Dalam hal pertahanan laut, TNI Angkatan Laut Indonesia melakukan perluasan kapal perang dan kapal patroli untuk menjaga kedaulatan maritim dan melindungi wilayah perairan Indonesia. Pengadaan kapal selam, kapal perang permukaan, dan kapal patroli telah meningkatkan kemampuan TNI AL dalam melindungi perairan Indonesia serta menjaga keamanan maritim di wilayah perairan strategis.
Selain itu, pemerintah Indonesia juga memperhatikan pengembangan kemampuan pertahanan siber dan intelijen militer. Ancaman di dunia siber semakin meningkat, oleh karena itu, TNI dan pemerintah bekerja sama dalam memperkuat pertahanan siber dan meningkatkan kemampuan intelijen militer untuk mendeteksi dan mencegah serangan siber serta ancaman lainnya.
Perkembangan militer Indonesia juga dapat dilihat dari partisipasinya dalam misi perdamaian PBB dan latihan militer internasional. TNI telah aktif terlibat dalam misi perdamaian di berbagai negara, menunjukkan kontribusi dan kemampuan Indonesia dalam menjaga perdamaian dunia. Selain itu, TNI juga aktif dalam latihan militer bersama dengan negara-negara lain untuk meningkatkan kerjasama dan kemampuan operasional.
Meskipun demikian, masih ada beberapa tantangan yang perlu diatasi. Beberapa di antaranya adalah keterbatasan anggaran untuk modernisasi militer, keterbatasan teknologi dalam pengembangan industri pertahanan, dan perlunya peningkatan pelatihan dan pendidikan personel militer. Namun, dengan komitmen pemerintah dan dukungan yang kuat, Indonesia terus berusaha untuk meningkatkan kemampuan pertahanan dan menjadi kekuatan militer yang handal di kawasan Asia Tenggara.
Analisa Alutsista TNI / Militer Indonesia
Analisa Alutsista TNI tentunya tak akan terlepas dari Kebijakan atau Progam lembaga yang menjadi Induk TNI yaitu Kemenhan RI atau Kementrian pertahanan Republik Indonesia.
Dalam Strateginya Menghadapi Ancaman Militer dan Ancaman Non Militer yang diprediksi akan mengancam kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI.
Kementrian pertahanan RI yang saat ini berada dibawah pimpinan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto sedang mencari jalan terbaik guna menjadikan Indonesia kembali menjadi Macan Asia, dengan melengkapi Alutsista Tentara Nasional Indonesia ( TNI ) Darat, Laut maupun Udara.
Diawal kepemimpinannya beliau segera berkeliling Dunia dengan mengunjungi berbagai negara yang memproduksi Alutsista Modern kelas Dunia, terutama untuk alutsista Udara dan Laut.
Bahkan juga sempat terdengar kabar akan bahwa Indonesia tertarik mendatangkan pesawat generasi ke 5 seperti Rafalle, Su-35 maupun F-35.

Peninjauan kembali Program Nagapasa Class
Belum lagi jelas mana pesawat tempur yang akan didatangkan oleh pemerintah RI, saat ini malah santer terdengar akan adanya peninjauan kembali tentang kerjasama jilid ke 2 dengan Korea Selatan tentang Program pembuatan dan ToT ( Transfer of Technology ) 3 kapal selam U209-1400.
Kali ini yang mengambil inisiatif buat meninjau ulang proyek prestisius ini merupakan kita sendiri. Semacam kita tahu Indonesia dan Korea selatan sepakat untuk bekerja sama dalam pembuatan 3 kapal selam U209- 1400 disertai embel – embel ToT.
U209- 1200 sebenarnya merupakan kapal selam buatan Jerman. Korea Selatan sukses memperoleh ilmu transfer teknologi dari Jerman dan mengembangkannya. Seperti kita ketahui bersama bahwa Kapal selam pertama kita yaitu KRI Cakra 401 serta KRI Nanggala 402 merupakan tipe U209- 1200 asli buatan Jerman tahun 1980.
Sebenarnya Kerjasama Jilid 1 yang bernilai kurang lebih US$ 1 Milyar dapat berjalan dengan baik, dimana pembuatan 3 Kapal Selam Kelas (class) Nagapasa dengan Kode 403, 404 dan 405 telah rampung diselesaikan.Bahkan Kapal Selam terakhir Alugoro 405 berhasil di buat di Indonesia.
Bahkan karena keberhasilan tersebut Pemerintah Indonesia pada April 2019 kembali membuat perjanjian kerjasama lanjutan untuk kembali membuat 3 kapal selam senilai US$ 1, 2 Milyar. Kesepakatan ini juga untuk melanjutkan program Transfer of Technology para Insinyur perkapalan dalam negeri agar lebih memehami dan mendalami proses pembuatan Kapal selam ini.
Sampai akhirnya salah media militer luar negeri ” jane’s memberitakan bahwa Kementrian Pertahanan Indonesia selaku kementrian yang mempunyai otoritas tentang pengadaan Alutsista akan meninjau ulang proyek tersebut.
Baca Juga : Analisis SWOT Mixue
Mengapa ??? Beredar kabar bahwa kapal selam Nagapasa Class atau disebut juga Changbogo Class memiliki kekurangan pada performa dan ketahanannya saat melakukan ujicoba kelaikan dibawah pengawasan Dislaik Kemhan. Dimana kekurangan utama yang dimaksud adalah kapal selam ini mempunyai suara yang berisik dan mudah ditemukan terutama oleh lawan.
Yang jadi pertanyaan besar adalah mengapa ada kesepakatan kerjasama Jilid 2 ?? yang dilakukan pada April 2019. sedangkan saat itu sudah ada 2 Kapal selam 403 Nagapasa dan 404 Ardadedali. yang berhasil dirakit sebagai bagian kerjasama Jilid 1.
Hal ini ( pembatalan kontrak kerjasama ) tentunya mempunyai dampak yang sangat luas, Indonesia harus siap membayar denda pada Korea selatan sebagai konsekuensi pembatalan kontrak, Investasi miliaran Rupiah di bidang Infrasuktur dan pembinaan sumberdaya manusia yang selama ini melaksanakan transfer teknologi pun teramcam sia – sia.
Belum lagi ketersinggungan Korea selatan yang selama ini menjadi kawan baik Indonesia di segala bidang terutama pertahanan.

Program Kerjasama Lainnya
Hal ini tentunya harus segera dicarikan jalan keluarnya secara bijak oleh Kementrian Pertahanan. Sebab selain kerjasama pembuatan kapal Selam, Indonesia dan Korea Selatan juga mempunyai kerjasama pembuatan dan pengembangan pesawat tempur canggih generasi ke 5 dengan Kode KFX/IFX yang saat ini juga dikabarkan macet.
Program kerjasama yang bermasalah juga tidak hanya dengan Korea selatan, tercatat juga ada kerjasama yang tersendat dalam pembuatan dan alih teknologi Kapal Perang PKR 10514 yang hanya mampu menyelesaikan 2 Unit saja, dimana proyek ini merupakan kerjasama dengan Belanda.
Padahal bila semua Program tersebut diatas dapat berjalan dengan baik makan MEF ( Minimum Essential Force ) atau kebutuhan pokok minimum untuk melengkapi TNI kita sebagai kekuatan utama pertahanan negara akan semakin menjadi nyata.
Dimana untuk memenuhi MEF setidaknya kita harus mempunyai 12 Unit Kapal Selam. 5 Kapal selam yang saat ini kita miliki akan bertambah menjadi 8 unit saat kerjasama dengan Korea Selatan selesai, sisanya mungkin bisa kerjasama dengan negara lain seperti Turki dan Jerman.
Sebagai seorang pemerhati militer tentunya ada pertanyaan yang sangat mengusik kita bersama. Mengapa 3 proyek tersebut bermasalah ?? Benarkah Sang Guru tidak memberikan Ilmu yang seharusnya ?? atau Keuangan Pemerintah Indonesia yang bermasalah ?? atau pula ada yang tidak suka Indonesia menjadi negara besar dengan kekuatan persenjataan yang besar pula ??
Akhir Kata
Nah dari Analisis Alutsista diatas kemanakah arah kebijakan pengadaan Alutsista TNI Sekarang ? Benar !!! Indonesia tetap bertahan untuk memilih berada di tengah sebagai negara Non Blog.
Indonesia memilih bermain aman dengan tetap bekerjasama secara baik dengan Blog Militer Barat Maupun Timur, Ada banyak alutsista yang di datangkan dari Blog barat namun tidak sedikit pula yang didatangkan dari Blog timur !
Yang Jelas Kementrian Pertahanan harus segera mencari Solusi terbaik sehingga rencana MEF Angkatan Bersenjata kita pada tahun 2024 dapat tercapai …
Demikianlah pembahasan kita tentang Analisa Alutsista TNI sebagai analisis militer dan masyarakat tentunya berharap yang terbaik bagi TNI dan Negara yang kita cintai ini …