Hai sahabat Situs Blog militer literacymiliter.com, bertemu kembali dengan kami untuk membahas tentang kemiliteran dan sejarah di Indonesia. Yaitu Rangkuman Agresi Militer Belanda 1 dan 2 beserta Kronologi dan latar belakang.
Dalam kesempatan kali ini kita akan membahas tentang Sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia dari upaya kembali Belanda dan sekutunya merebut dan menjajah Indonesia dalam belutan nama Agresi Militer Belanda.
Sejarah dan jejak tapak militer Indonesia yang dikomandoi TNI ( Pada masa itu disebut BKR / TKR ) langsung bekerja ekstra keras dalam mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamirkan oleh Soekarno – Hatta pada 17 Agustus 1945.
Salah satu ancaman yang harus dihadapi adalah keinginan kembali Sekutu untuk menguasai Indonesia dengan melaksanakan Agresi Militer Belanda 1 dan 2. Dimana aksi ini telah mengancam integrasi nasional.
Integrasi berasal dari bahasa inggris yaitu integration yang dapat diartikan keseluruhan, atau juga merupakan suatu kesatuan yang utuh dan bulat.
Latar Belakang Agresi Militer Belanda 1 dan 2
Selepas Soekarno – Hatta memproklamirkan Indonesia sebagai negara yang merdeka. Sekutu yang diboncengi oleh Netherlands Indies Civil Administration (NICA) yang mewakili pemerintah belanda mencoba kembali masuk Indonesia.
Hal tersebut dilakukan melalui berbagai pelabuhan sebagai pintu masuk, terutama kota – kota besar yang merupakan pusat pemerintahan saat pendudukan Kolonial Jepang seperti Surabaya, Semarang dan Jakarta.
Latar belakang masuknya Belanda hingga melaksanakan Agresi Militer 1 dan 2, karena mereka beranggapan Indonesia dalam keadaan Vaccum of Power atau kekosongan kekuasaan. Setelah Sekutu berhasil memenangkan Perang Dunia 2 dengan menyerahnya Jepang tanpa syarat pada 15 Agustus 1945.
Hal ini tentunya bertolak belakang dengan apa yang terjadi di Indonesia dimana Soekarno – Hatta telah resmi diangkat sebagai Pemimpin Indonesia sejak Proklamasi Kemerdekaan yang mereka Proklamirkan.
Artikel Menarik : Akhir Masa Penjajahan Belanda
Latar belakang ini membuat terjadinya Konflik antara Pemerintah Indonesia dan Sekutu yang diboncengi oleh belanda. Sehingga terjadilah Operatie product yang dilakukan sekutu, yang kemudian dikenal Agresi Militer Belanda 1 dan 2 .
Operatie product adalah operasi militer Belanda terhadap negara Republik Indonesia tepatnya di pulau Jawa serta Sumatera. Dengan tujuan menunjukkan pada Dunia bahwa TNI / TKR itu tidak ada dan Belanda masih mempunyai Hak kembali menguasai Indonesia sebagai pemenang perang Dubia 2 menggantikan penguasaan Jepang.
Peristiwa Agresi Militer Belanda 1 ini berlangsung pada 21 juli hingga 5 agustus 1947 setelah Belanda Mengingkari Hasil perjanjian Linggarjati tentang kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemerintah Indonesia Saat itu menafsirkan bahwa hasil perundingan Linggarjati memuat ketentuan – ketentuan dan persetujuan dimana Indonesia Berdaulat Secara Penuh baik dalam Urusan dalam dan luar negeri.
Sedangkan Belanda dengan kekuatan bersenjatanya mencoba melakukan aksi Polisionil dengan melakukan Agresi Militer Belanda 1 guna mempertahankan penafsiran pidato Ratu Wilhemina pada 7 Desember 1942, tentang hasil perundingan Linggarjati dimana hubungan Luar Negeri tetap diurus Belanda.
Sementara Agresi Militer Belanda 2 terjadi pada 19 hingga 20 Desember 1948, dimana pertempuran ini juga terjadi adanya pelanggaran kesepakatan tentang pengaturan kekuasaan wilayah pada perundingan Renville.
Rangkuman Peristiwa Agresi Militer Belanda 1 Dan 2 di Indonesia
Bagaimana hal itu bisa terjadi ? Ketahui rincian kejadiannya secara detail dalam ulasan berikut ini:
20 Juli 1947- Belanda Lepas dari Perjanjian Linggarjati
Sebelumnya, Belanda telah sepakat menandatangani perundingan Linggarjati pada 25 maret 1947. Dalam pertemuan tersebut hadir tokoh-tokoh penting yang mewakili kedua negara untuk membahas status kemerdekaan Indonesia.
Namun, pada dasarnya isi dari kesepakatan perjanjian ini merugikan RI sehingga menimbulkan pro-kontra. Setelah itu, terjadi bentrok beberapa kali puncaknya pada 15 juli 1974 Van Mook memberikan ultimatum kepada RI untuk menarik pasukan mundur dari batas deklarasi sejauh 10 km.
Permintaan tersebut tentu mendapat penolakan. Tanggal 20-nya ia justru mengumumkan kepada pers bahwa Belanda sudah tidak lagi terikat dengan perundingan Linggarjati. Masih di malam 20 juli 1947 Van Mook juga menyebutkan bahwa Belanda akan memulai aksi Polisionil pertamanya.
Padahal, dari sudut pandang Indonesia pergerakan ini merupakan agresi militer yang menjadi bukti pengkhianatan Negara Kincir Angin tersebut terhadap kesepakatan perundingan Linggarjati.

21 Juli 1947- Agresi Militer 1
Agresi militer Belanda 1 terjadi pada tanggal 21 juli 1947 karena saat itu sudah mulai ada serangan di Jawa Timur. Belanda membawa lebih dari 100.000 pasukan tentara lengkap dengan persenjataan modern.
Mereka berhasil menerobos ke daerah-daerah yang dalam perjanjian Linggarjati termasuk wilayah Indonesia. Tujuan Agresi militer ini adalah untuk merebut daerah RI yang tanahnya subur sekaligus kaya akan sumber daya alam. Oleh karena itu Belanda memfokuskan serangan pada tiga tempat.
Pertama, Sumatera Timur sasarannya yaitu perkebunan tembakau. Kedua, area pantai utara di Jawa tengah dan ketiga menargetkan kebun tebu serta pabrik-pabrik gula Jawa Timur. Belanda bahkan juga mengerahkan dua pasukan khusus pada agresi militer pertama ini.
Baca Juga : akhir penjajahan belanda di indonesia
Keduanya yaitu Korps Speciale Troepen (KST) dan Para I (1e Para Compagnie). Akhirnya mereka berhasil merebut daerah-daerah penting milik Republik Indonesia seperti area pertambangan, pelabuhan serta perkebunan.
Agresi Militer Belanda 1 berada di bawah pimpinan mantan perwira KNIL, Letnan Jenderal M. Spoor. Dimana dalam operasi ini Spoor didukung oleh 3 Divisi Angkatan Darat yang disebarkan diwilayah seperti yang dijelaskan diatas.
Agresi Militer 1 Belanda ini banyak mengundang reaksi Dunia Internasional, Bahkan India dan Australia mengajukan usul agar masalah Indonesia dibicarakan dalam Dewan Keamanan PBB.
1 Agustus 1947- PBB Mengeluarkan Resolusi Pemberhentian Konflik
Selain mendapat perhatian internasional, Akhirnya Indonesia juga mengambil tindakan untuk mengadukan gerakan agresi militer oleh Belanda kepada PBB. Sebab pemerintah menilai bahwa aksi tersebut berkaitan dengan adanya pelanggaran perjanjian Linggarjati yang termasuk dalam suatu kesepakatan internasional.
Meskipun dunia internasional termasuk Inggris menentang keras penyelesaian secara militer, pada kenyataannya Belanda tetap mengabaikan reaksi tersebut. Oleh karena itu pada tanggal 31 juli 1947 India dan Australia meminta permasalahan ini masuk menjadi bagian dalam agenda dewan keamanan PBB.
Pada tanggal 1 agustus 1947 PBB merespon aduan dan masukan mengenai agresi militer Belanda terhadap RI dengan mengeluarkan resolusi yang berisi seruan supaya menghentikan konflik bersenjata.
Bahkan sebagai bentuk pengakuan atas eksistensi negara ini, dalam setiap keputusan resminya selalu menyebut nama “Indonesia” bukan sebagai “Netherland Indies”.
15 Agustus 1947 – Belanda Menerima Resolusi DK-PBB
Dewan keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa mengeluarkan resolusi pertama mengenai permasalahan ini yaitu pada no. 27 tanggal 1 agustus 1947. DK-PBB tetap menunjukkan dukungannya kepada RI dengan menyebutkan negara ”Indonesia” bukan sebagai Hindia Belanda dalam setiap keputusan resminya tersebut.
Tekanan dari dewan keamanan PBB akhirnya berhasil membuat pemerintah Belanda menerima resolusi untuk menyudahi pertempuran pada 15 Agustus 1947. Kemudian sebagai tanda persetujuan atas resolusi dari DK-PBB tepat tanggal 17-nya kedua negara sepakat melakukan gencatan senjata.
Ternyata konflik tidak berhenti sampai di sini saja. Sebab, sifat gencatan senjata hanyalah sementara dan bersamaan dengan hal tersebut lagi-lagi Belanda mengingkari kesepakatan. Bahkan, kali ini mereka justru melakukan aksi yang lebih besar daripada agresi militer pertama.

19 Desember 1947 – Agresi Militer Belanda 2
Latar Belakang agresi militer belanda 2 adalah adanya serangan di wilayah Yogyakarta pada tanggal 19 Desember 1947. Belanda melancarkan aksinya menggunakan taktik blitzkrieg atau perang kilat.
Sebelum menguasai daerah yang saat itu merupakan ibu kota RI, mereka memulai pergerakan dari merebut Pangkalan Udara Maguwo dengan menerjunkan pasukan payung. Kali ini Belanda bahkan berhasil menangkap Soekarno serta Mohammad Hatta.
Bukan hanya itu, para tentaranya juga menawan beberapa tokoh penting RI lainnya seperti Syahrir, Mohammad Roem, A.G Pringgodigdo serta Agus Salim lalu mengasingkan semuanya di Pulau Bangka dan Prapat Sumatera.
Ternyata sebelum diasingkan Presiden Soekarno sempat mengirim surat kuasa kepada Syafrudin Prawiranegara berisi perintah mendirikan pemerintahan darurat.
Di sisi lain, Belanda menganggap agresi militer kedua ini sebagai kemenangan besar karena dapat menawan pimpinan RI. Namun, dunia internasional terutama Amerika Serikat justru mengecam klaim tersebut.
Dalam menghadapi Agresi Militer 2 Belanda tersebut, Panglima Besar Jenderal Sudirman memerintahkan Tentara Republik keluar Kota untuk melaksanakan Perang Gerilya yang dipimpin langsung olehnya.
Sebulan setelah Belanda melaksanakan Agresi Militer ke 2, Tentara Republik berhasil membenahi Pasukan di berbagai Sektor pertempuran, bahkan mampu melancarkan beberapa serangan terhadap Belanda. Puncaknya adalah pertempuran yang lebih dikenal dengan Serangan Umum 1 Maret 1949.
Dukungan Dunia Internasional
Sebelumnya Belanda sama sekali tidak menyangka bahwa aksi agresi militer kedua ini akan mendapat kecaman dari banyak pihak. Termasuk dari sesama sekutu saat Perang Dunia 2
Oleh karena itu, perwakilannya di PBB tidak tinggal diam sehingga memberi pernyataan bahwa mereka telah memperkenankan pemimpin RI untuk bergerak leluasa dan keadaan Indonesia telah kembali normal.
Namun klaim tersebut ternyata tidak memiliki bukti. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari perwakilan Komisi Tiga Negara yaitu Merle Cochran dan Thomas Critchley yang telah dikirim ke tempat pengasingan untuk mengkonfirmasi pernyataan itu secara langsung.
Penemuan fakta tersebut kemudian membuka mata dunia bahwa Belanda sedang menutupi kejadian sebenarnya.
Setelah itu berbagai dukungan mengalir untuk Indonesia bahkan bukan hanya dari Asia saja. Negara yang semula netral seperti Amerika Serikat justru mendesak agar PBB lekas mengatasi persoalan ini secara lebih serius lagi.
28 Januari 1949 – Resolusi 67 DK-PBB
Para delegasi Indonesia pun terus bergerak. Mulai dari membahas kerjasama ekonomi dengan Amerika di New York hingga menghadiri konferensi pers Inter-Asia di New Delhi. Hasilnya sangat signifikan hingga PBB menerbitkan resolusi no. 67 pada tanggal 28 januari 1949.
Resolusi tersebut menguntungkan Indonesia. Di dalamnya memuat poin-poin yang mengarahkan perdamaian Belanda dan Indonesia termasuk kewajiban untuk menghentikan semua aksi militer.
Oleh karena itu RI pun harus berhenti melawan. Dewan keamanan PBB juga memberi instruksi untuk membebaskan para tawanan petinggi RI. Selain itu, resolusi 67 memuat ketentuan pembentukan United Nation Commission For Indonesia atau UNCI.
Hal ini merupakan komisi pengganti KTN untuk mengawal kelancaran perdamaian antara Belanda dan RI termasuk mendesak penyerahan kedaulatan selambat-lambatnya hingga tanggal 1 juli 1949.
Dimanakah letak Ibu Kota RI Saat Agresi Militer Belanda Dua ?
Letak ibu kota RI saat Agresi Militer Belanda 2 ( dua ) terletak dimana ? Pertanyaan ini banyak mengemuka menyusul terjadinya serangan 1 maret yang dilakukan di Yogyakarta.
Sejarah mencatat karena kedatangan sekutu yang diboncengi Nica, Situasi dan Kondisi jakarta yang gawat maka pada tahun 1946 Ibu Kota RI pernah di pindahkan ke Yogyakarta.
Dan Pada saat itu karena kondisi keungan negara yang belum stabil maka segala kebutuhan operasional pemerintahan ditanggung oleh Kraton Yogyakarta dibantu oleh Kadipaten Pakualaman.
Aksi Agresi Militer Belanda 2 sempat membuat Yogyakarta terguncang dengan ditangkapnya beberapa Tokoh dan pejabat Tinggi RI termasuk Presiden dan wakil presiden Soekarno – Hatta.
Dan aksi ini membuat Syafrudin Prawiranegara membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia ( PDRI ) dan memindahkan sementara Ibu Kota ke Bukit Tinggi Sumatera Barat.
Hingga akhirnya terlaksana Serangan Umum 1 Maret 1949 yang membuktikan pada Dunia bahwa Indonesia masih ada, sehingga membuat Belanda terdesak oleh tekanan luar negeri dan terpaksa membebaskan para pejabat RI.
Dengan dilepaskannya para Tokoh dan pejabat tersebut maka Ibukoya RI kembali ke Yogyakarta dan PDRI dibubarkan.
Akhir Kata
Dari pembahasan diatas dapat diketahui bahwa aksi Agresi militer belanda 1 dan 2 yang terjadi pada perjuangan bersenjata merupakan bentuk ancaman terhadap integrasi nasional, yaitu ancaman militer yang berbentuk Invasi.
Invasi Sendiri merupakan aksi / ancaman militer di mana angkatan Perang / bersenjata suatu negara memasuki daerah yang dikuasai oleh suatu negara lain, dengan tujuan menguasai daerah tersebut atau mengubah pemerintahan yang berkuasa.
Itulah bagaimana Latar belakang, Kronologi dan Rangkuman agresi militer Belanda 1 dan 2 berlangsung hingga proses perpindahan letak ibu kota RI karena Situasi dan kondisi yang ada.
Berkat dukungan dari dunia internasional DK PBB mengeluarkan resolusi yang akhirnya berhasil membuat Belanda benar-benar menyerahkan kedaulatan RI secara penuh tepatnya pada 27 Desember 1949 melalui penandatanganan pengakuan kedaulatan Indonesia di Den Haag Belanda.
Terima Kasih telah berkunjung ke Blog Militer Indonesia dan menyimak artikel tentang Rangkuman Agresi Militer Belanda 1 dan 2 : Kronologi dan Latar Belakang , ikuti terus artikel menarik tentan Dunia Kemiliteran, sejarah dan tips menarik lainnya.