Hai Sahabat Analisis Militer Blog ” Literacy Militer “, Pada kesempatan kali ini kita akan membahas kembali tentang sejarah perjuangan Bangsa dalam memperjuangkan Kemerdekaan yaitu Perang Aceh, Bagaimanakah Latar Belakang, Kronologi dan Akhir Perlawanannya ? Kita Simak Bersama ya
Sejarah Perang Aceh ( 1873 – 1903 )
Dalam sejarah perjuangan bangsa di wilayah sumatera, kita mengenal sebuah perang yang sangat heroik antara Rakyat Aceh melawan Belanda,Dimana saat itu berada di bawah pimpinan Kasultanan Aceh. Perang tersebut terjadi antara tahun 1873 hingga 1903 dikarenakan kasultanan menyerah pada 1904.
Latar Belakang Perang Aceh
Latar Belakang Perang Aceh dimulai dengan adanya perjanjian Belanda dan Inggris pada 1871 yang tertuang dalam Traktat Sumatera.
Isi perjanjian tersebut menyebutkan bahwa Belanda diberi kebebasan untuk mengadakan perluasan wilayah ke seluruh Sumatera termasuk aceh, Hal ini membuat Kasultanan Aceh memperkuat prajuritnya.
Baca Juga : Sejarah Perang Diponegoro
Pada Maret 1871 tepatnya tanggal 22, Belanda mengutus F.N. Nieuwenhuysen untuk menemui Sultan Aceh, Muhammad Daud Syah. Ia menyampaikan Surat yang intinya berisi agar Kasultanan Aceh mengakui kedaulatan Hindia Belanda di Wilayahnya.
Sultan Aceh tentunya menolak keinginan Belanda, sehingga hal tersebut menjadi latar belakang utama terjadinya perang aceh antara Rakyat Aceh dan Kolonial belanda.
Kronologi Perang Aceh
Akibat Penolakan Sultan Aceh tersebut Belanda Mengumumkan Perang Terhadap Aceh. Kronologi perang aceh dimulai dengan bergeraknya Kapal kapal perang Belanda dengan 3.000an personel yang dipimpin oleh Mayjen Kohler.
Sasaran pertama Pasukan Belanda adalah menguasai Ikon Masyarakat Aceh yaitu Masjid Raya Baiturohman di Ibukota Aceh, Kedatangan tentara Belanda disambut dengan kegigihan para pejuang, sehingga terjadi pertempuran sengit pada 14 April 1873 yang mengakibatkan tewasnya puluhan tentara Belanda termasuk sang pimpinan Mayjen Kohler.
Serangan Belanda Berikutnya dilakukan lebih besar dengan dipimpin oleh Jenderal Van Swieten, Pertempuran sengit kembali tak terelakkan. Kedua belah Pihak silih berganti menyerang kubu masing – masing.
Setelah berlangsung kurang lebih 2 minggu akhirnya para pejuang aceh terdesak dan Belanda Berhasil menguasai Istana, Namun Sultan Aceh dan keluarganya berhasil menyelamatkan diri ke leungbata.
Baca Juga : Sejarah Singkat Perang Padri
Keberhasilan Belanda menguasai Istana mengira bahwa perang telah berakhir, namun ternyata para Teuku ( Bangsawan ) dan Tengku ( Ulama ) mempersiapkan pasukannya untuk kembali bertempur melawan Belanda.
Di Pihak Belanda terjadi pergantian pimpinan dari jenderal Van Swieten kepada Mayjen pel. Sebagai pimpinan baru Mayjen Pel berusaha memperkuat pertahanan dengan membangun sejumlah Pos baru di Kutaraja, Krueng Aceh dan Meureksa.
Tanpa diduga para pejuang aceh berhasil menerobos blokade sehingga dapay menyerang dengan hebat dan Akhirnya pada 24 februari 1876 serangan tersebut berhasil menewaskan Mayjen Pel. di daerah Tonga.
Namun Kronologi Perang Aceh tak berhenti sampai disitu, Akibat kematian mayjen Pel. Belanda kembali mengerahkan ribuan pasukan dengan menggunakan Kapal perang yang mereka miliki.
Perjuangan para pejuang Aceh semakin meningkat dengan datangnya bantuan dari Turki, Muncullah Tokog Tokoh dalam perang Aceh seperti Tengku Cik Di Tiro, Panglima polim, Cut Meutia dan Cut Nyak Dien bersama suaminya Teuku Umar.
Tokoh tokoh dalam perang aceh yang gagah berani tersebut mampu membuat Belanda Kewalahan sehingga menerapkan Strategi Divide at Impera atau Adu Domba.
Untuk memperlancar strategi perang tersebut belanda mengirim Dr. Snouck Hurgronje guna menyelidiki kehidupan dan struktur masyarakat aceh dengan menyamar sebagai Ulama bernama Abdul Gafar.
Hasil dari penyamarannya tersebut Dr. Snouck Hurgronje berhasil mempelajari Struktur masyarakat aceh dimana kekuatan para pejuang terletak pada kepemimpinan para Tengku dan teuku.
Dengan hasil tersebut Belanda terus menggunakan siasat kekerasan dengan mengadu domba para Teuku dan tengku sehingga perjuangan rakyat terpecah belah.
Baca Juga : Sejarah Agresi Militer Belanda 1 dan 2
Hingga akhirnya Belanda mengerahkan pasukan secara besar besaran yang diberi nama Pasukan Marsose pada tahun 1899 dipimpin oleh Kolonel Van Heutz.
Pasukan Marsose menyerang secara membabi buta , mereka menyerang perkampungan dan kemudian menghancurkannya tanpa belas kasihan.
Tindakan itu diambil sebagai salah satu Strategi dalam perang aceh dalam melemahkan semangat perjuangan laskar aceh, dimana para pejuang akhirnya tak tahan bila anak – anak, wanita dan orang tua menjadi korban.
Strategi tersebut benar benar berhasil menurunkan semangat juang para Tokoh – tokoh dan pimpinan dalam perang aceh, sehingga satu persatu akhirnya Gugur atau tertangkap Belanda.
Teuku Umar harus gugur dalam pertempuran dan Cut Nyak Dien istrinya tertangkap dan harus rela di buang ke Sumedang Jawa Barat.
Akhir Perang Aceh
Banyaknya Para Anak – anak, wanita, Lansia serta tokoh – tokoh yang menjadi Korban dar Ganasnya Pernag Aceh membuat Sultan Aceh Bimbang dalam meneruskan Peperangan.
Sehingga Akhirnya pada Tahun 1904 Sultan Muhammad Daud Syah terpaksa harus menandatangani Korte Verklaring ( Plakat pendek ) yang intinya berisi kesediaan rakyat aceh mengakui kekuasaan dan taat pada aturan yang ditetapkan pemerintah Kolonial Belanda.
Penandatanganan Verklaring ( Plakat pendek ) tersebut secara resmi mengakhiri perang aceh yang telah berlangsung kurang lebih 30 Tahun, Namun perjuangan rakyat aceh tak berhenti sampai disitu. Rakyat Aceh tetap berjuan secara Gerilya di berbagai daerah.
Kesimpulan
Dari Artikel diatas kita bisa ambil kesimpulan bahwa Perang Aceh merupakan Pertempuran yang sangat hebat dengan dipimpin oleh para Teuku dan Tengku.
Perang ini juga menyebabkan banyak Korban baik di pihan Rakyat Acek maupun Tentara Kolonial Belanda hingga diasingkannya beberapa Tokoh ke beberapa daerah di Nusantara.
Demikianlah pembahasan kita kali ini tentang salah satu Sejarah Perjuangan Bangsa yaitu Perang Aceh, Baca juga Sejarah Lahirnya Pancasila semoga dapat menambahkan wawasan kita dan makin mencintai negeri ini. Salam Literasi Militer